Chici Fitriyanti Angraeni Abdulfattah


April 07, 2013

Surat untuk Ibu

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu..
Bismillahirohmanirohim

apa kabar bu?
sehatkah engkau disana?
ibu,.. apa tanganmu masih sering keram?
kau sering sekali mengeluhkan itu...
apalagi saat musim dingin datang...
kau pasti susah tidur...
dan pasti memintaku untuk membalur badanmu dengan minyak kayu putih..
karena kau tak tahan akan dingin yang menyelemuti tubuhmu....

ibu.. bagaimana dengan mata sebelah kirimu?
aku tau engkau susah melihat hanya dengan mengandalkan mata sebelah kananmu...
aku bahkan pernah melihat ibu  susah berpijak karna tak stabilnya penglihatanmu...
karena katarak menutupi bola matamu...
kau mengeluh padaku karena susahnya penglihatanmu..
tapi aku tak pernah,....ya sama sekali tak pernah melihat engkau menangis karena kau kehilangan penglihatanmu..
bahkan yang kulihat kau menangis karena kau bangga melihatku lulus dari pendidikanku...

ibu,.. bagaimana dengan gula darahmu?
kini kulihat tubuhmu semakin kurus..
bahkan urat-urat ditangan sudah terlihat jelas...
apakah ibu bisa menahan sakitnya?
kulihat kau tak lagi bisa makan dengan leluasa seperti dulu...
makanan mu kini terjaga...
tak lagi seperti dulu...
hingga badamu menjadi kurus sangat kurus...


ibu,.. aku tau engkau menahan derita...
engkau menahan pilu...
bahkan engkau menahan rindu...
umurmu kini yang sudah mencapai setengah abad adalah waktunya untukmu istirahat...
bukan lagi bekerja banting tulang demi anak-anakmu...
 tapi engkau menahannya kan bu?
aku tau engkau menahan rasa sakit..
rasa sakit yang begitu lama....
bertahun- tahun engkau menahannya...
bahkan dulu awal aku pergi meninggalkan rumah...
engkau tak bisa tidur...

aku tau dalam pikiranmu kau membayangkan bagaimana kosongnya rumah ini tanpa anak-anakmu...
bagaimana kau menjalani keseharian tanpa ada canda-tawa dari anak-anakmu...
pasti kau berpikir terlalu egoiskah aku bila menahan anakku yang ingin belajar ke pulau seberang...
kau mencoba mengendalikan hatimu untuk berani melepaskan anak perempuanmu...
berani mengambil resiko untuk menahan rindu...
bahkan kau berani mengambil resiko menahan rasa sakit yang kau derita untuk anakmu sekolah...

aku tau ibu... aku tau
tanpa kau berkata pun...
pandanganmu yang sayu menggambarkan seluruh isi hatimu...
menceritakan seluruh kisah sedih yang kau simpan sendiri...
menyimpan berjuta rasa rindu, berjuta cinta, berjuta kasih sayang...
berjuta kepenatan hati yang ingin kau bagi tapi entah pada siapa...
kau menahannya sendiri...
kau memendamnya sendiri...
kau melakukannya untuk anakmu... untuk anak perempuan ini...

aku tau kau juga tak meminta balasan apupun dari apa yang kau korbankan...
itu terlihat jelas saat aku bekerja... kau tak meminta apa-apa...
kau tak meminta balas budi dariku...
mendengar aku dapat nilai bagus sudah membuatmu bahagia...
mendengar aku sudah diterima kerja membuatmu tersenyum...
bahkan kau banggakan aku didepan teman-teman kantormu...
kau tinggikan namaku dihadapan kerabatmu...
kau bahagia sekali medengar aku sudah lulus...

bahkan kau rela merogok tabungan operasimu untuk datang ke wisudaku..
kau bahkan rela menggadaikan perhiasan-perhiasan berhargamu...
hanya untuk melihatku memakai toga..
membawa kebanggan tersendiri buatmu...
kau bangga pada diriku,... tapi andai kau tau bu.. harusnya sekarang engkaulah yang harus berbangga...
karena engkau berhasil menyekolahkan anakmu...
seharusnya engkalau yang mengenakan toga yang ku pakai...
kulihat tiada henti senyummu merekah diwajah...
tiada henti kau pandangi aku yang berdiri didepan kaca dengan kebaya orange  yang cantik,..
ku lihat ada butiran-butiran mutiara di matamu..
aku tau engkau menahan tangis..
engkau tak berubah dari dulu, selalu menyembunyikan air mata... tak mau ada yang melihat...

ibu,..
aku minta maaf....
aku minta maaf dengan segala kegoisanku...
aku minta maaf belum bisa menjadi anak yang bisa dibanggakan...
aku minta maaf bu, aku belum bisa membahagiakanmu,...
aku minta maaf, karena aku belum bisa memberikan apa yang kau inginkan,

bu, maafkan aku yang belum bisa membantumu untuk operasi matamu,
maafkan aku bu, aku belum bisa ada didekatmu sekarang,
aku minta maaf karena aku masih meninggalkanmu,..
maafkan aku bu, karena aku masih sering membuatmu kecewa,
aku minta maaf karena aku masih mengutamakan kegeoisanku untuk mengejar cita...
maafkan aku bu...
aku benar-benar minta maaf...


Ibu,...
aku juga ingin berterima kasih..
aku ingin mengucapkan rasa rindu...
ingin memeluk dan mencium kedua tanganmu...
ingin berterima kasih dengan memeluk erat tubuhmu....
terima kasih bu dengan untaian-untain doa mu...
engkau selalu bawa namaku disetiap sujudmu...
tak pernah sekalipun kau lupa namaku untuk kau singgahi dalam doa mu...
terima kasih bu atas segala pengorbanan yang kau beri...
aku tau sebanyak apapun nanti aku memberikan apa yang kau inginkan,aku yakin tak akan pernah cukup membayar kasih sayang dan cintamu kepadaku...


ibu,..
aku tak menjanjikan suatu hal yang besar padamu...
tapi satu yang pasti akan kulakukan, aku ingin selalu membahagiakanmu,
aku janji...
aku ingin sekali kita pergi melihat rumah Allah di Baitullah...
ingin sekali kaki ini membawa mu untuk mengeliling ka'bah dengan memuji Allah...
aku ingin sekali kita bersama-sama melihat keagungan Allah,
karena Dialah yang selama ini menjadi kekuatan bersama kita bu...
Dialah Tuhan yang selama ini mendengar untaian-untaian doa kita...


untukmu ibu yang berada dipulau seberang...
disini anak perempuan tlah tumbuh dewasa,,,,
kini anakmu ingin segera pulang,..
ingin segera membalas jutaan kebaikanmu,.
tunggu aku ibu,,,
sambut aku nanti dirumah bu,, ^^


Chici F A Abdulfattah
Bandung, 08 April 2013







.





0 comments:

Posting Komentar